Wednesday, September 19, 2007

Penutup


Alhamdulillah wa syukurillah.......selesai sudah seluruh rangkaian perjanalanan ibadah haji kami. Semoga Allah SWT berkenan menerima segala amal ibadah kami serta menjadikan ibadah haji kami sebagai haji yang mabrur, dosa yang terampuni, sa’i yang diterima dan perniagaan yang tidak merugi....amiiin..
Allahumma ja’alna hajjan mabruuro, wa dzamban maghfuro, wa saa’iyan masykuuro, wa tijaarotan lan tabuuro......

Kembali ke rumah

Pukul setengah tujuh, kami masuk ke dalam Bis Damri yang akan mengantarkan kami ke Bogor , kota Hujan tempat tinggal kami.....yang terasa sangat hijau dan indah dibanding suasana 38 hari kami kemarin. Setelah 2 jam perjalanan, kami pun tiba di Balai Kota, yakni Kantor Walikota Bogor yang bersebrangan dengan Halaman Istana Presiden. Karena memang selama ini seluruh jamaah haji kota bogor jika setelah selesai menjalani ibadah haji dan kembali ke tanah air di sambut di tempat ini, termasuk koper-koper kami yang telah dulu tiba. Wah ternyata sepanjang jalan menjelang Balaikota sudah banyak mobil dan motor yang parkir . Mereka umumnya adalah para penjemput saudaranya yang baru pulang haji. Bis pun mulai berjalan perlahan menembus para penjemput. Terlihat semua jamaah yang masih di dalam bis sibuk mencari-cari keluarganya masing-masing dari balik jendela bis. Tiba-tiba Bu Kokoy, istri pak Ridho berucap itu ..tu pak anak saya yang besar....wah pantas mirip sekali sama ibunya. Bahkan beliau teriak-teriak ade..ade ketika melihat anak bungsunya....padahal mereka tidak mendengar. Itulah suasana kerinduan para jamaah terhadap keluarganya. Kami pun coba mencari-cari mana yah...anak-anak kami. Wah ternyata anak-anak menunggu di mobil karena tidak bisa masuk ke dalam, hanya Orang tua saya yang menunggu di dalam halaman Balaikota.
Setelah selesai urusan pengambilan koper kami pun segera kembali ke rumah. Namun sebelum sampai ke rumah kami sempatkan mampir ke Masjid sekitar tempat tinggal kami untuk melakukan sholat sunah terlebih dahulu, baru kemudian menuju rumah kami, tempat tinggal kami yang sudah kami rindukan....

Tiba di Bandara Soekarno - Hatta


Setelah 9 jam perjalanan, alhamdulillah di hari jum’at sebagai sayyidul ayyam -hari terbaik dalam Islam- tepat pukul 04.38 kami mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Sujud syukur pun kami lakukan .....atas segala nikmat-Nya sehingga kami dapat kembali ke tanah air dengan selamat. Segera kami masuk bandara untuk sholat subuh dan mengurus segala sesuatunya, mulai dari koper sampai pengambilan jatah air zam-zam sebanyak 10 liter untuk setiap jamaah. Kami sempatkan telepon ke rumah ketika menunggu pengaturan bis untuk kembali ke Bogor. Rindu tak tertahan ingin segera berjumpa dengan anak-anak di rumah...yah setelah 40 hari kami tinggalkan bagaimana keadaan mereka semua....kira-kira ngenali abi-nya ndak yah....karena saya datang dengan wajah baru alias kepala gundul .....

Di Bandara King Abd Aziz



Kurang lebih Pukul 03 dini hari - saya tidak terlalu tau pasti..-, bis kami bergerak menuju Bandara. Sebelum bis bergerak terlebih dahulu kami diberikan Pasport. Buku yang semenjak kedatangan di Mekkah di pegang oleh pengelola maktab. Setelah itu bis pun meluncur perlahan meninggalkan maktab kami. Tidak terlalu lama sebenarnya perjalanan menuju bandara. Kami pun beberapa kali berhenti untuk chek point sekaligus pemberian makanan dan minuman. Selepas subuh ..(kami melaksanakan sholat subuh di dalam bis..) kita sudah sampai di Bandara. Namun sepertinya ada kesalahan teknis antara pihak bandara dan pengelola maktab kami. Karena walaupun sudah berada di halaman pintu masuk bandara, kami tidak bisa serta merta langsung masuk bandara. Ada sekitar 2 setangah jam kami harus menunggu sampai pintu bandara terbuka untuk kami. Jadilah kami rombongan pertama pagi itu yamg masuk ke bandara. Pemeriksaan pun dilakukan sebagaimana ketika kita baru mendarat di Bandara Madinah 39 hari yang lalu, cek pasport, barang bawaan dsb.
Alhamdulillah semua lancar, kemudian kami pun duduk di ruang tunggu bandara menunggu informasi kapan jadwal penerbangan pesawat yang akan membawa kami ke tanah air .
Pukul 14 .30 waktu setempat, terdengar informasi agar rombongan kami segera masuk ke pesawat. Kami pun melangkah dan duduk di pesawat sambil berdo’a... semoga selamat sampai tujuan.

Tawaf Wada



”Besok dini hari, tepatnya tanggal 19 Januari 2006 pukul 03.00 diharapkan seluruh rombongan sudah berkumpul dan berada di dalam bis masing-masing untuk menuju Bandara King Abdul Aziz” demikian informasi dari Karom kami. Mendengar itu, saya dan istri sepakat untuk melakukan tawaf wada malam ini jam 23.00, maka selepas isya kami istirahat sejenak di maktab. Pukul 22.30 kami keluar kembali untuk pergi ke masjidil haram melakukan tawaf wada. Cukup lama kami berada di sana, karena kami ingin memandang kabah dengan lebih khusyu’ dan berdoa sebanyak – banyaknya diiringi tetesan air mata kesedihan dan harapan agar kelak kami diperkanankan berkunjung dan melihatnya kembali. Kurang lebih 2 jam kami habiskan waktu disana, pukul 01.00 kami segera kembali ke maktab untuk bersiap-siap, mengemas perlengkapan agar tidak ada yang tertinggal.

Menunggu Jadwal Pulang



Masih tersisa waktu kami kurang lebih 7 hari berada di Mekkah sebelum kembali ke tanah air. Hari – hari itu kami manfaatkan untuk beribadah di masjidil haram, mencari oleh-oleh dan merapikan koper serta tas agar tertata rapi. Ada satu tempat belanja khusus kami untuk beli sajadah, lokasinya dekat dengan masjid jin. Orang Pakistan yang jual, biasanya saya tawar sebelum membeli bahkan saya sering katakan ”idza isytarii katsir, kam hadza...?” Jika saya beli banyak jadi berapa harganya..?. Kalau sudah begitu biasanya dia turunkan harganya...Alahamdulillah..
Oh iyya.....Kami sempatkan untuk berfoto di Depan Kantor Telkom-nya Saudi (maklum sebagai karyawan Telkom punya juga perhatian terhadap perusahaan yang sama yang ada di negara lain). Namun sepanjang pengamatan kami, tidak terlihat kesibukan yang amat di kantor ini. Bahkan cenderung sepi dari aktifitas layaknya sebuah kantor. 2 Hari menjelang kepulangan, koper kita sudah mulai di timbang dan di angkut terlebih dahulu untuk kemudahan pemeriksaan dan teknis pelaksanaan kepulangan jamaah. Terlihat sekali saat penimbangan, koper para jamaah cenderung semakin gemuk, padat dan menggelembung. Sehingga ada juga yang kena biaya tambahan karena kelebihan berat dari batas maksimal 35 Kg per koper.
Setelah selasai seluruh rangkaian haji.....memang yang ada adalah kerinduan untuk segera kembali ke tanah air untuk berkumpul dengan anak-anak dan keluarga tercinta, maklum jarang-jarang atau malah belum pernah kami meninggalkan anak-anak untuk waktu yang cukup lama (40 hari loh...). Maka ketika koper sudah diangkut, serasa waktu kepulangan sudah semakin dekat.

Kembali ke Mekkah

Karena memutuskan untuk mengambil Nafar Tsani, maka kami berpisah dengan rombongan yang mengambil Nafar awal. Bersama lima orang lainnya yang mengambil nafar tsani kami masih menunggu sampai besok untuk melontar yang terakhir kemudian kembali ke Mekkah.
Esoknya selesai melontar kami men-carter- mobil angkutan untuk kembali ke Mekkah, 35 real dari mina sampai ke Hujjun nama daerah tempat maktab kami berada.

Sunday, September 16, 2007

Tragedi di Mina


Selama di Mina kegiatan utamanya adalah melontar di jamarat Ula (Sughro), Wustho dan Aqobah (Kubro). Jarak tenda jamaah haji Indonesia termasuk yang cukup jauh dari melontar, kuang lebih 3 - 4 KM. Untuk itulah terkadang para calon jamaah haji sebelum berangkat haji dianjurkan untuk perbanyak olah raga berjalan kaki agar kelak terbiasa. Jadwal melontar sudah diatur sedemikian rupa oleh penyelenggara/pemerintah Saudi. Namun sesungguhnya waktu yang utama adalah ba’da dzuhur. Kami coba berangkat di hari pertama atau tanggal 11 Dzulhijah menjelang dzuhur dari tenda agar bisa mendapatkan waktu melontar yang utama. Dan alhamdulillah berjalan dengan lancar....
Namun ketika di hari kedua atau tanggal 12 Dzulhijah, suasana berbeda yang kami dapatkan. Suasana sangat padat luar biasa.........rupanya kebanyakan jamaah memilih waktu utama dan bagi yang mengambil nafar awal langsung berangkat menuju mekkah setelah melontar. Sehingga mereka pergi sekaligus membawa perlengkapan masing-masing , ada yang pakai trolly, ada yang bawa koper , kantong kresek dan lain sebagainya yang menyebabkan lalu lintas perjalanan saaangat - saaangaaaat terhambat....
Sebelum melontar kami sholat terlebih dahulu di antara kendaraan ambulan yang standby jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Baru kemudian kami melontar ditengah hiruk pikuk dan keramaian yang amat sangat baik di lokasi lantai bawah maupun lantai atas. ...Suasana yang teramat padat menyebabkan sulitnya kita melontar , bahkan saat itu sandal saya pun sampai terlepas karena harus berdesak-desakan.....Selesai kami segera keluar dari area melontar untuk beristirahat sejenak.....Subhanallah...wal alhamdulillah......Sore hari itu setelah kembali ke tenda kami mendapat kabar bahwa tadi saat kami melontar telah terjadi musibah..... banyaknya korban yang meninggal saat melontar karena terinjak2....

Di Posko PKS

Selama jamaah melakukan rangkaian ibadah haji (khususnya ketika di Mina), seringkali di temukan jamaah haji Indonesia yang nyasar. Umumnya setelah melontar jumroh mereka sulit menemukan tenda tempat tinggal rombongannya. Itu sebab nya Saudara-saudara kita dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) perwakilan Arab Saudi mendirikan Posko untuk membantu mengatasi hal-hal seperti itu. Sempat juga saya singgah dan ngobrol dengan mereka. Subhanallah ...ternyata umumnya mereka adalah bukan penduduk kota mekkah, tapi berdomisili di pinggiran kota mekkah, bahkan ada yang dari Riyadh. Diantara mereka ada yang berstatus mahasiswa tapi tidak sedikit yang berprofesi sebagai pekerja. Mereka ketika waktu haji ini biasanya pada cuti. Letak Posko mereka ada di sekitar mulut terowogan Mina.

Jumrah Aqobah dan Tawaf Ifadhoh

Selepas subuh kami segera bersiap menuju Jamarat untuk melakukan serangkaian rukun haji lainnya yakni Jumrah Aqobah, tahalul awal, tawaf ifadhoh serta tahalul tsani sehingga selesai lah seluruh rangkaian rukun haji . Sengaja kami berangkat segera untuk bisa melakukan lempar aqobah disaat masuk dhuha, sebab saat itu adalah waktu utama untuk lempar jumrah aqobah. Setelah itu segera mungkin menuju mekkah untuk melakukan thawaf. Harapan kami sebelum magrib kita sudah kembali ke Mina. Karena jika Kelewat magrib berarti kena kewajiban membayar DAM..
Alhamdulillah untuk melempar jumrah aqobah tidak ada hambatan bagi kami. Segera saya melakukan tahalul awal dengan menggunting rambut habis (gundul...) sebetulnya sejak saat itu saya sudah bisa menggunakan pakaian biasa atau melepas pakaian ihram saya, karena 2 dari 3 rangkaian untuk bisa melepas dari pakaian ihram telah saya lakukan, yakni lempar jumrah aqobah dan mencukur sementara satu lagi adalah tawaf ifadhoh. Di sekitar jumroh aqobah sangat banyak jamaah haji yang mencukur rambut... karena memang ada tempat yang disediakan. Tapi harus memesan terlebih dahulu baru kemudian akan diberikan tiket ...soalnya banyak dan antri. Saking banyaknya, banyak juga yang menggunting rambut antar sesama jamaah dengan peralatan seadanya sehingga sampai ada yang berdarah-darah....ih ih serem juga melihatnya.....
Selesai menggunting rambut kami segera berjalan menuju mekkah untuk melakukan tawaf ifadhoh. Mengingat kita harus segera kembali sebelum magrib, kami berfikir bagaimana untuk bisa segera mencapai mekkah –masjidil haram-. Setelah berjalan agak lama kami sudah keluar daerah mina, nah disini mulai banyak kendaraan yang beroperasi. Sebab saat rangkaian inti haji (mina – arofah) tidak diperbolehkan mobil umum masuk wilayah ini. Kemudian kami pun berinsiatif untuk menggunakan kendaraan, tawar menawar pun terjadi dan...setelah sepakat kami pun naik kendaraan tersebut. Tidak lama kami berkendaraan kami pun semakin mendekat ke Masjidil Harami, namun ternyata saat itupun kendaraan tidak bisa berhenti tepat di depan masjidil haram seperti biasanya. Jadilah kita tetap harus jalan lagi sekitar 500-an meter untuk sampai masjidil haram. Saat itu sudah banyak juga yang selesai melakukan tawaf. Segera kami menuju toilet terlebih dahulu untuk bersih-bersih dan berwudhu....Setelah beres kami pun menuju pintu Babus Salam untuk memasuki Masjidil Haram, ketika baru masuk ...Subhanallah......, begitu banyak jamaah yang sedang tawaf dan....begitu berdesakan suasana di jalur Sa’i.....maklum bagi mereka yang memahami keutamaan mengerti betul bahwa dahulu beginilah Rasul melaksanakan ibadah haji. Hadza sunnatun nabi...hadza sunnatun nabi (ini sunah nabi..ini sunah nabi), demikian ungkapan mereka. Dengan tawakal penuh kepada Allah kami mulai tawaf...dan dilanjutkan dengan Sa’i.
Suasana tempat Sa’i lantai utama (baca Lantai dasar) yang sangat padat menyebabkan kami hanya bisa menyelesaikan satu putaran saja. Berikutnya kami selesaikan Sa’i di lantai dua..... Alhamdulillah selesai rangkaian sa’i sekaligus tahalul tsani, berarti selesai sudah rangkaian inti haji kami. Dan harus segera kembali Mina sebelum waktu magrib tiba untuk melakukan rangkaian wajib haji 2-3 hari di Mina.
Untuk mempercepat sampai kembali ke Mina, kami pun memutuskan untuk kembali menggunakan angkutan umum. Sepanjang perjalanan saya ngobrol dengan supir dan keneknya. Min aina anta ya said ... , saya mencoba bertanya untuk membuka dialog kami. Ana min Habasyah, jawabnya. Subhanallah ternyata beliau dari tempat yang juga sangat bersejarah, yakni tempat tujuan Rasulullah hijrah pertama kali, yang kala itu bukan di sambut namun disambit oleh masyarakatnya. Seterusnya kami pun bicara ke sana kemari tentang apa saja. Padahal sejujurnya bagi kami perbincangan itu kami lakukan agar tidak ada hal-hal negatif yang terjadi. Maklum, umumnya saat-saat haji banyak orang-orang pendatang yang bekerja sebagai supir dadakan. Terlebih lagi saat itu penumpang tinggal kami berdua. Namun Alhamdulillah sekitar waktu ashar kami sudah tiba kembali di Mina.

Mabit di Muzdalifah




Setelah terbenam matahari, kami pun bersiap untuk bergerak menuju Muzdalifah. Saat itu magrib sudah tiba namun pemberangkatan menggunakan bis dengan sistem antar jemput –Taradudi- menyebabkan kita tidak bisa menebak kapan meninggalkan arofah, yang ada adalah menunggu giliran untuk diangkut. Namun demikian kami tetap menunggu.
Pukul 20-an kami baru terangkut, padahal waktu tempuhnya dari Arofah ke Muzdalifah paling hanya 15 menit......nunggunya yg luar biasa lama. Dalam kondisi ini tetap saja kita harus sabar dan tidak terjebak perdebatan karena kita masih pakai Ihram.
Setiba di Muzdalifah kami segera sholat Magrib dan Isya jamak takhir. Sengaja kami tidak sholat ketika di Arofah walaupun banyak diantara rombongan kami yang melakukannya. Sebab sepengetahuan kami, Rasulullah melakukannya ketika di Muzdalifah. Setelah itu sibuklah kami mencari batu untuk Jumrah Aqobah.
Oh iya Di sini ujian kesabaran sangat perlu kita perhatikan. Bagaimana tidak, di sini para jamaah untuk diangkut dengan bis menuju Mina harus menunggu dengan sabar kapan akan di angkut sementara udara sangat dingin (karena untuk musim haji November sampai Februari konon dalam kondisi musim dingin di sana). Jamaah sudah mulai diangkut sejak pukul 01.00 dini hari dan yang terakhir menjelang waktu subuh.

Bergabung dengan Rombongan




Di Arofah kami berjalan menuju kemah wukuf jamaah haji Indonesia. Rencana kami mo bergabung untuk wukuf bersama di tenda rombongan. Namun ternyata lokasi tenda jamaah Indonesia cukup jauh dari Namirah sehingga Kami sempatkan untuk Sholat terlebih dahulu ketika sudah masuk waktunya berjamaah dengan jamaah haji yang juga sedang melakukan sholat. Setelah agak lama berjalan baru kami bisa bergabung dengan rombongan. Waktu yang ada kami gunakan sebaik-baik mungkin untuk bermunajat ...bermunajat...dan bermunajat untuk diri, anak, orang tua, keluarga dan kerabat serta handaitaulan.....diselingi dengan bacaan quran....karena disinilah puncak nya haji ...Alhajjul Arofah... Tapi nampaknya rekan2 satu rombongan sudah mulai kelelahan sehingga banyak yang sudah beristirahat, padahal masih pukul 2-an siang waktu sana. Sementara waktu wukuf sampai jam 6 ketika matahari terbenam...
Nah Saat itu juga kami pergunakan waktu untuk mendoakan rekan dan saudara-saudara yang titip do’a, kami buka lembaran buku catatan titipan do’a mereka (sengaja kami mencatat titipan2 do’a tsb dalam buku khusus, biar tidak lupa) ....karena waktunya panjang bahkan kita bisa berulang kali mendoakan sesuai keinginan mereka.

Singgah di Namirah


Kurang lebih 2 jam perjalanan sejak dari Mina... Alhamdulillah sudah tampak dalam pandangan kami Masjid Namiroh, walaupun masih agak jauh, namun sedikit menambah semangat kita berjalan karena jika sampai Masjid Namiroh berarti sampai pula kami di Arafoh. Sebab..., sebagian bangunan Masjid Namirah masuk dalam wilayah arofah.
Ketika akhirnya kami sampai di Masjid Namirah, kami istirahat di pelataran depan masjid bersama dengan jamaah lainnya. Sempat juga kami beli nasi yaman buat sarapan sambil rehat. Sedianya kami ingin menunggu sampai waktu dzuhur di sini, namun melihat kondisi yg begitu padat sampai di dalam masjid lantai satupun sudah tidak ada tempat lagi. Dan diluar suasana semakin tidak terkendali, lautan manusia hilir mudik dan berpapasan hingga sulit bagi kami untuk berjalan. Akhirnya kurang lebih pukul 11 kami putuskan untuk segera masuk ke Arofah agar tidak terjebak dengan kerumunan jamaah yang semakin mendekati dzuhur semakin padat. Hal ini ditambah dengan keadaan dimana jamaah yang sudah berada di Arofah pun hendak ke Namirah sementara di dalam kondisi sudah sangat sulit untuk berajalan.

Friday, February 23, 2007

Mina - Muzdalifah - Arafah

Selepas sholat subuh, dzikir dan tilawah quran kami segera berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju Arafah, ya ...tepatnya tanggal 9 Dzulhijah. Begitupun dengan jamaah haji yang lain, semua sibuk berkemas untuk persiapan melanjutkan perjalanan. Kembali ransel kami gendong dan dengan Bismillah.....kami melanjutkan perjalanan diiringi dengan lantunan talbiyah yang senantiasa kita lafazkan...rg.Labbaik Allahumma labbaik....
Subhanallah.......semangat disertai suasana haru mengiringi langkah kami menuju Arafah melalui Muzdalifah. Tetesan air mata tak tertahan dengan lisan terus mengumandangkan talbiyah......terbayang dalam renungan saya, mungkin beginilah kelak ketika Allah SWT mengumpulkan manusia....semua jamaah bergegas dengan pakaian serba putih sambil meneriakan lafaz talbiyah. Dan seolah semua ingin menjadi yang pertama memenuhi panggilan Allah dan berhadapan dengan-Nya....


Arafah - Arafah........

Arafah...Arafah.....tiba-tiba terdengar teriakan yang membangunkan istirahat tidur kami yang baru sesaat, teriakan dari kenek angkutan yang menawarkan jasa mengantar jamaah haji yang mabit di Mina jika ingin melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan . Wah.. Padahal waktu masih pukul 03.00 waktu sana. Masih terlalu pagi jika harus bangun apalagi berangkat ke Arafah, karena keutamaannya (baca sunnah) adalah ketika matahari mulai menaik yakni ba’da subuh atau sekitar baru masuk waktu dluha. Akhirnya ..karena sudah terbangun maka matapun sulit untuk dipejamkan lagi...

Menikmati Gerimis Tengah Malam


Ketika malam semakin larut dan saat mata baru saja terpejam, tiba – tiba kami merasakan ada titik – titik air dari atas......bi gerimis ..kata istriku .... Alhamdulillah sempat kami merasakan gerimis di negara yg konon hujan itu bisa di hitung dengan jari dalam satu tahunnya. Walau pada saat yang bersamaan kita pun sempat khawatir akan berteduh di mana..soalnya kami tidak memakai tenda. Sempat saya berbenah dan menitipkan ransel serta bawaan lainnya di Pos Penjagaan Petugas yang memang berada dibelakang tempat kami menggelar tikar. Namun keadaan tersebut tidak terlalu lama ...kurang lebih 5 menit kemudian gerimis pun berhenti, maka saya keluarkan lagi ransel dan bawaan dari tenda Pos Penjagaan. Tetapi...eh ..tidak lama gerimis lagi...ketika itu kita sudah agak pasrah ....ya sudah kalau memang harus basah-basahan kita akan terima. Namun Alhamdulillah seperti yg pertama, 5 menit kemudian gerimis pun berhenti dan terus sampai pagi tidak turun hujan.

Mina di Saat Senja


Suasana di Mina saat senja terlihat indah, hiruk pikuk, lalu lalang para jamaah haji terlihat sangat ramai. Ada yang mencari makan, ke hammam (toilet) dan sebagainya. Kalau sudah begini.... perasaan asing dan minder alhamdulillah tidak kami rasakan. Saya mencoba tegur sapa dan berkomunikasi dengan mereka disela-sela dzikir dan tilawah. Sungguh benar – benar terasa ...Innamal mu’minuna ikhwah...kami saling berbagi perbekalan yang kami miliki, bahkan untuk memberi itu mereka sengaja membelikannya....subhanallah.

Berawal dari Masjidil Haram




Saya dan istri sepakat akan memulai di hari Tarwiyah perjalanan inti haji dari Masjidil Haram, maka menjelang subuh kami sudah berangkat dari maktab menuju Masjidil Haram. Alhamdulillah sesuai rencana Selepas Dluha maka kami pun berniat untuk haji, Labbaika Allahumma Hajjan....Labbaik Allahumma Labbaik....Labbaik kalaa Syariika laka labbaik..................innal hamda wanni’mata lakal walmuka laa syarii ka laka.
Subhanallah, berduyun-duyun para jamaah yang berjalan kaki menuju Mina di hari tarwiyah ini, sehingga kami merasa suasana begitu berbeda, yakni mucul semangat yang lebih besar.

Thursday, December 14, 2006

Mina


Pagi ini di mina,
11 Dzulhijjah 1426/11 Januari 2006 ,
kami beli topi Tazkistan...asli orang sana yang jual
kami beli topi yg perempuan 25 real dan topi laki-laki 10 real
hangggaaat....., untuk mengusir dinginnya pagi itu di mina.

Karena yang jual gak bisa bahasa Arab ataupun Inggris, jadilah transaksi dengan isyarat. topi wanita ini tinggal satu-satunya...teman-teman di tenda dan orang-orang sepanjang perjalanan yang liat daku pake topi ini pada nanya tempat belinya, tapi sayang sudah habis barangnya.

Malah punya Abi, ditawar sama pedagang di makkah 20 real, 10 real lebih mahal...
beberapa bapak tua Turki juga acung-acung jempol dan coba topi ini...ingin kali ya.
Tapi kita juga pengen punya oleh-oleh khas dari perjalanan ini.

Tazkistan ,...salah satu negara bagian di soviet..yang iklimnya dingin.
Pantas saja mereka jual perlengkapan hangat dari bulu-bulu binatang.
Khas..banget..

Friday, November 24, 2006

Tanazul



Tanggal 8 Dzulhijjah 1426/8 Januari 2006,Mengawali perjalanan inti haji.Dinamakan Tarwiyyah (bersiap-siap), setelah memutuskan untuk mengikuti sunnah rasul SAW. Perjalanan kami coba dengan berjalan kaki, dari masjidil haram menuju mina dan mabit di sana.Kata suamiku - Ngoboy- aja, jadilah kita terdampar di perkemahan area India...di pinggir jalan.sengaja tidak mabit di Tenda Indonesia , karena jaraknya lebih jauh dari perjalanan yang akan kami lanjutkan esok harinya ke mudzalifah...maka, kami hanya mencari 'peristirahatan' yang tidak terlalu jauh dari Pedestrian.Alhamdulillah, banyak kenalan yang kami dapat : ada 2 orang abang-adik dari philliphines- keduanya tenaga kerja di Arab-kakaknya tenaga landscaping pertamanan di arab, adiknya 'assisten rumah' - mereka fasih berbicara Arab-Inggris, 1 orang bapak dan 2 orang anaknya dari mesir, keluarga dari Iran, rombongan Pakistan dll.

PERJALANAN INTI HAJI

18 hari sudah kami mengisi hari – hari di mekkah menunggu waktu haji. Cukup lama juga kami menanti, ya ..itulah bagian dari konsekuensi kloter awal gelombang pertama. Tidak sedikit rekan satu rombongan atau regu bahkan sekamar yang sempat jatuh sakit bahkan ketika harus berangkat ke arofah pun dengan kondisi tubuh yang tidak fit. Alhamdulillah kami diberikan kesehatan sehingga sesuai rencana kami mohon ijin ke Ketua Rombongan untuk 'Tanazul' memisahkan diri, hendak melakukan napak tilas Rasul dengan berjalan kaki pada hari Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah menuju Mina terlebih dahulu untuk Mabit di sana. Sementara Rombongan dari Maktab akan melakukan perjalanan langsung ke Arofah.

Monday, October 30, 2006

# Ziarah di Kota Mekkah


Di sela waktu ibadah di mekkah, rombongan juga melakukan ziarah ke beberapa tempat bersejarah.

- Pemakaman Ma’la
Kalau di Madinah ada makam Baqi, maka di Mekkah juga ada tempat pemakakam yang juga sangat besar yakni Ma’la. Ma’la merupakan tempat pemakaman bagi penduduk mekkah. Termasuk merupakan makam dari Ibunda Khodijah ra, istri pertama Rasul yang begitu mendukung dakwah beliau. Yang pertama menerima dakwah Rasul ketika yang lain menolak. Yang begitu besar kontribusi dana/infaq untuk perjuangan Rasul. Sehingga wajar jika Rasul begitu mencintainya dibanding istri – istri yang lainnya sehingga Aisyah pun cemburu kepadanya. Letak makam Khodijah lebih ke dalam dan memiliki area khusus yang jika kita ingin memasuki perkarangannya melewati terowongan (dibawah jalan raya). Bahkan lokasi pemakamamn Khodijah ini terlihat dari jalan raya karena memang berada disisi jalan besar.

- Masjid Jin – Masjid Kucing – Masjid Ja’ranah
Diantara beberapa masjid bersejarah yang sempat kami kunjungi diantaranya adalah Masjid Jin, Masjid Kucing dan Masjid raya Ja’ronah. Masjid Jin adalah masjid dimana jin berjanji kepada Rasul, letaknya cukup dekat dekat maktab kami. Sehingga beberapa kali sempat saya sholat dzuhur di masjid ini. Adapun masjid Kucing tidak sempat saya merasakan sholat di dalamnya, karena memang lokasinya yang dekat dengan masjidil haram, tepatnya di sekitaran pasar seng. Dan karena rute perjalanan pulang-pergi kami dari maktab ke Masidil Haram melalui jalan ini, maka setiap kali itu juga kami melewati masjid kucing ini.
Sedang Masjid Ja’ronah, adalah masjid yang letaknya lumayan jauh dari masjidil haram. Letaknya kurang lebih 20 Km dari masjidil haram. Ada satu keistimewaan di masjid ja’ronah ini, yaitu dahulu memiliki sumber mata air yang konon airnya ini memiliki keistimewaan bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Karena dikhawatirkan dapat menyebabkan kepercayaan yang berlebihan dan bahkan melebihi air zama-zam, maka sumber air ini pun kemudian ditutup. Tetapi jika kita berkunjung ke sana, maka kita masih mendapatkan anak-anak yang menjual air ja’ranah.

- Jabal Rahmah
Kesempatan kami berkunjung ke tempat ini disebabkan karena beberapa hari lagi menjelang rangkaian ibadah haji dilaksanakan, sehingga kunjungan ini merupakan survei meninjau lokasi yang akan kita datanagi saat haji nanti. Oh iyya Jabal Rahmah merupakan bagian dari Padang Arafah. Di tempat ini konon merupakan tempat bertemunya Nabi Adam As dan Siti Hawa. Sehingga sampai saat ini di yakini sebagai tempat yang mustajab untuk berdo’a khususnya berkenaan dengan permintaan jodoh/pasangan hidup. Maka banyak para jamaah haji yang berdoa di tempat ini agar anak-anaknya diberi kan jodoh yang baik...

# Uniknya Jamaah Haji Turki

Keunikan jamaah haji dari turki sebenarnya sudah mulai terlihat sejak kami di Madinah. Beberapa keunikan jamaah ini :
- Menggunakan Seragam, dengan warna dan model yang sama walau mereka dari lembaga Haji yang berbeda.
- Bahasa komunikasi, mereka tidak bisa berbahasa Inggris dan Arab. Bahasa pengantar mereka hanya bahasa

Turki saja.
- Selalu bergerombol, baik dijalan maupun ketika thawaf. Hal yang wajar karena memang sebagian besar jamaah

mereka dari kalangan orang tua yang sedikit kesulitan jika terpisah dari rombongan.
- Kaos Kaki rajutan, sering kali istri melihat kaum ibu turki yang menggunakan kaos kaki pelapis yang sangat unik.

Setelah mencoba ngobrol dan bertanya dengan jamaah dari turki, ternyata mereka merajut sendiri kaos kaki
tersebut. Melihat perhatian istri terhadap kaos kaki itu sampai salah seorang ibu kemudian memberikan kaos kaki
yang dipakainya untuk istri....alhamdulilah Thank You Mam....

# Berkenalan dengan Saudara Se-iman

Saat ashar sampai Isya biasanya saya dan istri mencoba berpindah-pindah tempat untuk sholat dan tadarus agar merasakan suasana yang berbeda dan berkenalan dengan saudara-saudara seiman dari berbagai negara mulai dari Pakistan, Al jazair, Turki, India, Thailand, Yaman, Malaysia dan lain sebagainya. Alhamdulillah dengan sedikit bahasa Arab dan Inggris yang saya bisa banyak membantu dalam berkomunikasi dengan mereka, kalau istri lebih banyak menggunakan kemahiran bahasa inggrisnya dalam berkomunikasi. Jamaah dari berbagai negara tersebut umumnya bagi yang berpendidikan bisa berbahasa Inggris walaupun dari negara Timur Tengah sekalipun.

Diskusi dengan Brother Ismail seorang guru seni dari Thailand cukup menarik, suasana berbeda yang beliau rasakan antara di Madinah dan di Mekkah sama seperti yang saya alami, yakni terasa lebih khusyu dan tenang di Madinah (Masjid Nabawi). Beliau melihat dari sisi bangunan dan sekitarnya. Menurutnya Masjidil Haram dengan bangunan sekelilingnya yang terdiri dari gedung-gedung yang terkadang lebih tinggi dari menara masjidil haram turut mempengaruhi suasana kekhusyu’an di masjidil haram.

Lain lagi dengan Pak Cik dari Malaysia, suasana ibadah di Masjidil Haram yang semakin penuh saat musim haji akan tiba terkadang menyebabkan suasana yang tidak enak diantara jamaah, tidak jarang antara jamaah harus berdebat dan bersitegang hanya karena berebut tempat untuk sholat. Bagi pak Cik kita semua mesti sabar dan ikhlas, yakini bahwa setiap kita pasti diberikan tempat oleh Allah SWT. Uniknya beliau beberapa kali bermimpi yang mimpinya itu menunjukan untuk melakukan sesuatu di tempat tertentu disekitar masjidil haram. Salah satu contohnya beliau ceritakan untuk segera pergi ke mesjid (walau saat itu baru jam 01.00 dinihari) dan masuk lewat pintu yang disebutkan dalam mimpinya serta membaca beberapa ayat yang maknanya sama dalam beberapa ayat-ayat dalam al quran. Sempat juga Pak Cik bertanya kepada saya beberapa ayat dalam beberapa surat. Alhamdulillah karena saya membawa qur’an As Syaamil yang ada terjemahannya, maka tidak terlalu sulit untuk mencarinya.

Sedang Istri, sempat juga berkenalan dengan beberapa muslimah dari berbagai negara. Ada Sister Fadhwa dari negri Maroko yang bacaan tilawahnya sangat bagus dan masih sangat muda. Alhamdulillah berkat kursus bahasa Perancis yang pernah diikuti istri, cukup membantu komunikasi dengan beberapa muslimah yang biasanya negaranya bekas jajahan Perancis. Termasuk dengan sister Fadhwa yang saat ini menetap di Belgia, dialog mengalir dengan bahasa Perancis.
Ada juga muslimah muda dari India (namanya lupa..), seorang sarjana psikologi yang ternyata pengantin baru dengan suami seorang dokter gigi. Ternyata banyak juga kalangan muda muslim India yang berhaji. Tapi memang umumnya dilakukan oleh mereka yang berpendidikan tinggi.

# Kegiatan rutin


Ibadah rutin seperti biasa kami lakukan mulai dari sebelum subuh kami sudah berangkat ke Masjid dengan harapan bisa melakukan sholat malam satu jam sebelum masuk waktu subuh. Selesai subuh setelah wirid al matsurat dan tadarus al quran kami tetap menunggu sampai waktu dhuha. Setelah dhuha baru kami keluar masjid. Biasanya sambil berjalan kembali ke maktab kami cari sarapan sambil mencoba berbagai jenis makanan yang ada disana. Kalau untuk makan siang, alhamdulillah regu kami termasuk yang cukup kompak sehingga sepakat untu masak sendiri, sengaja kita setting untuk makan siang saja karena agar para ibu juga bisa ibadah di masjidil haram, karena umumnya kita berangkat dan full standby di masjid sejak Ashar hingga Isya. Untuk makan malamnya kita bisa cari di sepanjang perjalanan pulang dari masjid. Namun demikian untuk nasi sengaja dimasak lebih banyak agar jika yang ingin makan malam tinggal membeli lauk sendiri atau makan dengan makanan keringan yang dibawa dari tanah air seperti goreng tempe dan teri dsb. Wal hasil dengan 50 real per orang dari 12 orang dalam satu regu, anggaran untuk satu bulan masih tersisa. Sehingga menjelang pulang setiap orang menerima kembali 10 real. Padahal iuran 50 real per orang termasuk untuk membeli perlengkapan dapur seperti rice cooker dan kompor sisanya baru untuk belanja sayuran dan beras selama satu bulan..ternyata cukup hemat juga selain murah yang lebih terpenting adalah rasa kebersamaan diantara kami.

Jadwal kegiatan selama di Mekkah :
03.30 – 04.00 : Bangun persiapan ke Masjid
04.00 – 07.00 : Ke Masjid (Sholat, tadarus, wirid Al Matsurat & Sholat Dhuha)
07.00 – 08.30 : Cari-cari sarapan
08.30 – 11.00 : Ziarah/beres2 di Apartemen (cuci pakaian, plus masak)
11.00 – 13.00 : Sholat Dzuhur
13.00 – 15.00 : Makan siang di Maktab dan istirahat
15.00 - 19.30 :Di Masjid (Sholat Ashar - Isya, tadarus, wirid al matsurat)
19.30 – 20.30 : Keliling sekitar masjid sambil pulang dan cari makan malam
20.30 – 22.00 : Diskusi dengan rekans sekamar dan istirahat

Hari – hari di Mekkah menunggu Waktu Haji


Hari – hari di Mekkah saat menunggu datangnya waktu ibadah haji di isi dengan berbagai kegiatan mulai dari Ibadah rutin sholat 5 waktu, Ziarah makam dan tempat bersejarah termasuk masjid serta survei ke padang arafah tempat wukuf saat haji. Sempat pula kami ke Jeddah untuk melihat laut merah dan ke pusat perbelanjaan disana.

Umroh

Sesaat setelah sampai di Maktab, rombongan istirahat serta bersiap untuk melakukan Umroh sebagai rangkaian dari Ibadah Haji Tamattu. Keputusan waktu untuk melakukan Umroh ditetapkan ketua rombongan ba’da isya, jadi cukup lama juga istirahat kita, sejak menjelang dzuhur sampai Isya. Karena waktunya panjang maka terhadap larangan iham harus tetap dijaga. Pilihan waktu isya menurut Karom agar waktu nya lebih leluasa dan ketika sebagian jamaah sdh selesai ibadah di Masjidil Haram sehingga agak lebih lenggang. Ba’da isya rombongan sudah bersiap dari depan maktab....dan talbiyah pun berkumandang kembali....labbaika Allahumma labbaik...... Sepanjang perjalanan hati terus bertanya seperti apa bentuk sesungguhnya masjidil Haram dan kabah yang menjadi sentral perhatian kaum muslimin ini.
Alhamdulillah....kurang lebih 15 menit berjalan dari maktab kita pun sampai di depan halaman Masjidil Haram, Subhanallah ...ternyata berbeda dengan dugaan sebelumnya, kalau di Nabawi terlihat dari kejauhan kemegahan Masjidnya, tetapi Masjidil Haram berada diantara gedung-gedung dan tidak terlalu tampak dari kejauhan. Ternyata keberadaannya memang berada agak kebawah dan menjorok ke dalam...mungkin karena dahulu merupakan bagian dari lembah yang ada....?
Tidak lama kemudian Rombongan dirapikan agar tidak terpencar mengingat ternyata banyak juga rombongan jamaah lain yang akan melakukan umroh. Ketika rombongan sudah bergerak dan akan memasuki Masjidil Haram, kami mencoba untuk memisahkan diri sejenak dengan rombongan agar bisa masuk melalui Pintu ’Baabussalam’, karena kami meyakini (baca Sunnah Rasul, red) dari pintu inilah kita mestinya memasuki Masjidil Haram, sedang rombongan masuk lewat samping pintu Baabussalam bagian atas (karena jika melalui jalur seperti kami tidak diijinkan oleh askar karena akan memotong jalur Sa’i yang juga ramai dipakai jamaah)... A’udzubillahil ’adhim wa biwajhil kariim.....kami mulai melangkahkan kaki di dalam masjid, dan tidak lama kemudian terlihatlah Kabah nan kokoh berdiri .....maka lisanpun bergerak melafazkan ’Allahumma antass salam wa minkas salam.......’ terus berulang hingga meneteslah airmata kami.......(Alhamdulillah..Engkau ijinkan kami memandang rumah-Mu langsung Ya Allah...). Setelah puas memandang kami pun bergerak untuk mencari posisi awal untuk thawaf.......saat ini sudah tidak lagi dalam bentuk garis coklat, namun terlihat lampu hijau di sudut sebelah kanan segaris diagonal Hajar Aswad yang bisa dijadikan posisi awal thawaf. Alhamdulillah 3 putaran awal dengan ’raml’ (berlari-lari kecil bagi laki-laki) bisa saya lakukan dengan istri berjalan agak cepat ditengah banyaknya jamaah yang thawaf. Diantara putaran thawaf sempat juga istri bertanya ...apa ndak sekalian coba mencium hajar aswad...? Melihat kondisi saat itu terus terang sepertinya tidak mungkin bisa, maka sayapun menjawab nanti sajalah....Dalam hati mengatakan nanti sajalah kalau thawaf tidak dengan istri....(alhamdulillah beberapa hari kemudian hal itu terwujud.....Wa Huwa a’lamu ma fiishshudur-Dan Dia mengetahi apa yang ada dalam hati kita- ). Selesai 7 putaran kami menuju belakang maqam Ibrahim untuk sholat 2 rakaat dan berdo’a. Kemudian kami pun merapat ke belakang untuk minum air zam-zam terlebih dahulu ...sekaligus saya usap kepala dengan air zam-zam. Setelah istirahat sejenak rangkaian umroh kami lanjutkan dengan melakukan Sa’i dari Shofa ke Marwa dengan terus melantunkan do’a – do’a yang telah kami susun dan hafal. Alhamdulillah Rangkaian umroh selesai kami lakukan dengan tahalul (mencukur rambut) sebagai penutup. Oh iyya karena setelah umroh ini tidak lama kemudian kami akan berhaji maka saya tidak cukur habis rambut kepala melainkan cukur rata pendek, padahal sunnahnya lebih baik mencukur habis rambut kepala bagi laki-laki. Saya pikir.... Nanti saja saya akan lakukakan itu ketika tahalul dalam rangkaian ibadah haji. Sedang untuk istri/para wanita cukup sepanjang 2 cm dari beberapa helai rambutnya. Sekitar pukul 22.00 WSA masih pada tanggal 21 Desember kami telah kembali ke Maktab untuk beristirahat dan bersih – bersih. Alhamdulillah tahap kedua dari rangkaian Ibadah Madinah – Mekkah telah kami selesaikan......., Ibadah 8 Hari di Masjid Nabawi dan Umroh....tinggal menunggu Ibadah Pucaknya yakni Haji.

Friday, September 29, 2006

MAKTAB 2 SYIEB AMIR


Alhamdulillah, setelah nunggu beberapa saat di dalam bis, maka kami pun turun menuju pemondokan masing-masing yang sudah ditentukan. Maktab 2 Syieb Amir no 260 adalah nomor pemondokan kami. Lokasi disekitar dekat ’Muwakif Hujjun’ atau Tempat Parkir Hujjun. Lokasi ini sekitar kurang lebih 900 meter dari Masjidil Haram dan bersebrangan dengan Masjid Jin. Setelah selesai pembagian kamar, alhamdulillah regu kami menempati lantai 5 dari 8 lantai yang ada. Terlihat sekali bahwa pemondokan ini merupakan bangunan yang sudah sangat tua. Paling tidak dari model lift-nya yang masih menggunakan sistem katrol terbuka dengan hanya daya tampung sekitar 3-4 orang idealnya. Begitu pun dengan model AC-nya yang merupakan buatan belasan tahun yang lalu. Tapi alhamdulillah itu semua memang harus kita terima dengan ikhlas...ya sebagai ujian juga untuk kita sebab terkadang liftnya mati alias tidak berfungsi. Alhasil kita semua harus olah raga dengan menaiki tangga manual untuk menuju kamar kita masing-masing.

TIBA DI MEKKAH AL MUKAROMAH

Sekitar pukul 09.00 WSA, rabu 21 Desember 2005 Alhamdulillah kita sudah masuk di Kota Mekkah. Perasaan sama seperti ketika tiba di Madinah muncul kembali, yakni ingin rasanya segera sholat di Masjidil Haram. Sepanjang jalan menuju Maktab/pemondokan saya melihat pemandangan sekitar sambil berharap melihat dari kejauhan Masjidil Haram atau paling tidak menara masjidil Haram. Namun sayang...... sejauh mata memandang ternyata tidak terlihat oleh kita bahkan hanya sekedar menaranya sekalipun tidak nampak apalagi masjidnya.
Sama ketika pertama tiba di madinah, di Mekkah pun ketika bis sudah sampai di lokasi pemondokan, kita tidak serta merta bisa turun langsung dari bis. Saat menjelang turun Petugas Daker maktab kita masuk bis dan memberikan arahan singkat..."Bapak Ibu sekalian.... saat ini bapak dan ibu telah berada di daerah Ja'fariyyah", mendengar daerah tinggal ini saya dan beberapa rekan sempat ragu apa sih bapak tidak salah ...karna kita sejak di Tanah air di infokan akan tinggal di mekkah didaerah Syieb Amir...dan benar saja setelah kita turun ternyata memang kita berada di daerah Syieb Amir. Tapi memang berdekatan dengan daerah ja'fariyyah. Masih dari petugas daker kita diingatkan untuk berhati-hati terhadap barang bawaan, pasport dan yang terakhir perihal kartu identitas jamaah yg berisi info Maktab dan Nomor Rumah pondokan kita beserta alamatnya yang nanti setelah sampai pemondokan masing-masing akan diberikan. Kartu ini sangat penting baik ketika jamaah tersesat ataupun ketika memasuki waktu haji nantinya, yakni untuk identitas tenda dan layanan saat di mina. Sehingga memang benar-benar harus dijaga dan dibawa setiap saat.

DI MIQOT ZUL-HULAIFAH (Bier Ali)


Perjalanan dari apartemen menuju miqot bagi jamaah haji berasal dari arah madinah adalah di Zul Hulaifah atau lebih dikenal dengan sebutan Bier Ali. Tidak lama perjalanan dari Maktab ke Miqot Bier Ali ini, kurang lebih satu jam sudah sampai, dan disini setiap beberapa saat bis harus berhenti di lokasi tertentu untuk Check Point, dan ketika itu biasanya petugas akan memberikan snack, makan dan air zam zam sebagai bekal perjalanan. Alhamdulillah sampai di Bier Ali seluruh jamaah turun untuk kemudian bersih diri dan berwudhu serta memakai Ihrom. Sebagian kita setelah itu sholat sunnah di Masjjid. Namun jamaah belum melalukan atau melafazkan niat untuk Umroh. Karena untuk niat akan dipimpin langsung oleh ketua rombongan sebagai bentuk tanggung jawab agar tidak ada jamaah yang terlewat tidak berniat ketika di Miqot. Oleh karena itu kebijakan Ketua rombongan niat dilakukan ketika seluruh jamaah sudah berada dalam bis sebelum berangkat.
Bismillaahirrahmaannirrahiim ” Labbaika Allahumma Umrotan ”
Niat pun akhirnya kita lafazkan dengan sedikit keras (bukan dalam hati).....mulailah sejak saat itu sepanjang jalan menuju mekkah kita bertalbiyah .......Labbaika Allahumma labbaik...........

HARI TERAKHIR DI MADINAH



Selasa, 20 Desember 2005 adalah hari terakhir kami di Madinah. Selesai sudah menuntaskan rangkaian ibadah dan target selama di Madinah. Alhamdulillah sholat 5 waktu selama 8 hari tidak ada yg terlewat walau terkadang harus sholat dijalur batas jalan dalam masjid karena semakin banyak jamaah yg datang di kota ini. Khataman 30 Juz pun selesai hari ini diantara waktu Sholat Magrib dan Isya.....syukur tak terkira bisa menuntaskannya.... Perasaan berat meninggalkan Masjid Nabawi yg megah bercampur dengan keinginan untuk segera tiba di Mekkah untuk melihat Ka'bah serta beribadah di Masjidil Haram.
Ba'da Isya kita semua sudah bersiap-siap menunggu instruksi Ketua Rombongan (Karom)
kapan keluar kamar dan menaiki bis yg sdh disiapkan Maktab. Oh iyya untuk Tas koper besar sdh disiapkan jamaah sejak Ashar ...dan diletakkan di luar kamar. Seharusnya Tas koper disiapkan di luar agar sewaktu-waktu petugas maktab tinggal angkut ke bis yang memang menjadi ’jatah’ rombongan. Namun yah ...lagi lagi kita harus berurusan dengan petugas maktab yang menawarkan jasa, tawar menawar pun terjadi lagi untuk jasa angkut koper. Sekali lagi, untuk biaya – biaya seperti itu semestinya sudah tidak perlu lagi karena sudah menjadi paket biaya dengan sewa apartemen. Namun untuk jamaah yang sudah mulai belanja yah apa boleh buat biasanya mereka minta tolong untuk diangkut....ada karpet, korma dsb. Saat itu Kita semua para jamaah sudah mandi dan bersih-bersih diri sebagai persiapan memakai Ihram bahkan tidak sedikit yang mereka sudah mandi sejak sore tadi. Alhamdulillah tepat pukul 00.00 WSA Rabu tanggal 21 Desember 2005 kita semua sudah siap di Bis untuk berangkat menuju Mekkah. Bismlillah.........bis pun bergerak meninggalkan Apartemen kita.